Bernostalgia di SD Muhammadiyah Gantong, SD Laskar Pelangi

 

Hi! Mari melanjutkan kembali sebuah kisah tentang petualangan di Negeri Laskar Pelangi Belitung.

    Setelah 2 hari menjelajahi Belitung bagian Barat, saatnya menyapa Belitung bagian Timur dengan destinasi-destinasi wisata iconicnya. Melihat suasana Belitung Timur difilm, langsung ketebak gimana panasnya Belitung Timur. So, jangan lupa siapkan sarung tangan dan kaca mata ya hehe. Sepanjang perjalanan anginnya lumayan kenceng, pakai jaket juga biar ga masuk angin!

    Aku menginap di salah satu hotel yang sudah lama berdiri di pusat kota Tanjung Pandan, namanya Hotel Martani. Dari hotel tersebut menuju Belitung Timur tepatnya menuju Reflika Sekolah Laskar Pelangi SD Muhammadiyah Gantong, waktu tempuhnya sekitar 1 jam 30 menit. Sepanjang perjalanan pom bensin besar jarang ditemukan, jadi kalau bensin tinggal dikit lagi, beli bensin eceran di warung-warung pinggir jalan aja yaa. Harganya sekitar 13 ribu per botol/liter, agak sedikit naik dari harga perliter di pom bensin gede, but it’s okay, yuk kita sama-sama bantu perekonomian warga disana yaa.


    Just in case, kalau kamu agak kesulitan baca google maps, langsung tanya aja ke warga sekitar yaa. Jalan menuju SD Muhammadiyah gantong lumayan ada belok-beloknya, takut malah kesasar hehe. Tempat parkir di sekitaran wisata SD Laskar Pelangi ini luas, kendaraan roda 4 termasuk bus bisa masuk, don’t worry kalau kamu pakai mobil, jalannya bukan jalan sempit kok. Sebelum masuk ke area SD Laskar Pelangi, pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk Rp. 5000 rupiah saja, totally worth it!





    Mix feeling ketika akhirnya bisa menginjakan kaki disini dan menjelajahi setiap sudut bangunan sekolahnya. Rasanya seperti masuk ke dimensi filmnya, di dinding kayu ruangan kelas terpasang foto-foto setiap iconic scene dalam film Laskar Pelangi, nostalgia bertahun-tahun lalu. Aku bergumam saat melihat foto-foto itu, “Ikal, Lintang, Mahar…aku akhirnya sampai”. Kelas ini menjadi saksi bagaimana gigihnya Ikal dan kawan-kawan menuntut ilmu setiap harinya, Ibu Muslimah dan Pak Harfan yang terus berjuang untuk sekolah ini agar tidak ditutup dan agar terus bisa mengajar murid-muridnya yang luar biasa. Mungkin dari segi ekonomi mereka kurang begitu beruntung, tapi hal itu tidak melunturkan semangat mereka untuk terus berjuang.




    Sesekali menghela nafas, sembari memperhatikan detail bangunan sekolah ini “Ya Allah, terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk menginjakan kaki disini” ucapku lirih. Still feels like a dream, bisa mewujudkan bucket list ini diusia 22 tahun. Dulu, aku ga kepikiran sama sekali bucket list ini bisa aku coret di tahun 2023, alhamdulillah. Setelah puas menjelajahi bangunan sekolah, halaman dan sekitarnya, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Museum Kata Andrea Hirata, tidak terlalu jauh dari sini. I'll tell you about it in the next article, see you again!

Please keep the place clean when you visit okay!

Cheers,

Ineu Melia 

0 Comments