Februari
lalu, aku berkesempatan untuk menjalankan salah satu project bersama NGO Pandu
Laut Nusantara. It's my very first project with them. NGO Pandu Laut founded
by Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019. Pulau Pari
Kepulauan Seribu menjadi lokasi terpilih untuk dilaksanakannya project “Woman
of the Sea: Boats Sharing & Mangrove Planting”. Bukan tanpa alasan, Pulau
Pari menyimpan banyak sekali kekayaan dan keindahan alam. Tidak hanya itu,
peran para perempuan Pulau Pari dan permasalahan yang terjadi menjadi salah
satu alasan kuat kenapa pulau ini dipilih untuk dilaksankannya project ini.
Seminggu
di Pulau, aku mendapatkan banyak sekali informasi tentang problem & konflik
yang terjadi di Pulau Pari dan Kawasan Kepulauan Seribu lainnya. I am so proud
and impressed dengan peran perempuan yang begitu besar. Pulau Pari sedang
menghadapi permasalahan perubahan iklim dan konflik yang tak kunjung usai
dengan sekelompok orang-orang serakah yang ingin menguasai pulau ini. Berkali-kali
warga disini mendapat tawaran pembangunan-pembangunan fasilitas pariwisata, namun,
pembangunan tersebut pada akhirnya akan merugikan warga setempat dan menguntungkan
sebelah pihak saja. Ya, mereka para investor dan pengusaha-pengusaha yang dengan
ambisnya ingin berkuasa di pulau ini.
Bukannya
bagus membangun fasilitas-fasilitas yang lebih memadai dan lebih mewah di Pulau
tersebut? Lalu, bagaimana nasib penginapan-penginapan milik warga setempat? Bagaimana
nasib warung atau rumah makan kecil milik warga setempat? Bagaimana juga
kondisi lingkungan setempat setelah pembangunan-pembangunan tersebut dilakukan?
Kadang, kita harus berpikir sejauh itu untuk memahami kondisi yang sedang dan
akan terjadi di kemudian hari.
Let
me tell you, betapa besar peran warga setempat dalam mempertahankan pulau ini
terutama mereka para perempuan. Teh Aas bersama para perempuan Pulau Pari
lainnya yang tergabung dalam sebuah komunitas bernama KPPP (Kelompok Perempuan
Pulau Pari) bersama-sama merawat kelestarian pulau ini. Mereka memiliki sebuah
kebun yang ditanami berbagai jenis sayur dan buah-buahan yang alhamdulillah
tumbuh subur disini. Hasil panennya biasanya akan mereka jual atau dibagikan
dengan rata kepada warga setempat, terkhusus para perempuan yang tergabung bersama
KPPP.
Selain itu, mereka juga selalu rutin membersihkan lingkungan sekitar pulau. Mereka sangat open dengan orang-orang yang ingin turut serta berkontribusi menyelamatkan Pulau Pari. Misalnya, menanam mangrove untuk mencegah abrasi maupun erosi akibat perubahan iklim. Para perempuan dan warga setempat akan selalu menjadi garda terdepan untuk menjaga tanah dan rumah mereka. Bahkan aku sedikit kaget, ketika mendengar bahwa dana perbaikan jalan di area pulau merupakan dana yang mereka keluarkan sendiri dari dana pribadi. Ya Tuhan, dimana peran pemerintah?
Menjalani hari-hari sebagai anak pulau di Pulau Pari adalah one of my challenging experiences. This is an honour for me, bisa banyak sharing dengan Teh Aas selaku ketua KPPP dan warga setempat lainnya. I got so many ilmu dan pengetahuan baru. and I am so impressed dengan kerja keras dan teguhnya mereka untuk mempertahankan tanah dimana mereka dilahirkan dan tumbuh. Semoga Pulau Pari selalu lestari sampai kapanpun dan semoga warga disini selalu diberi kelancaran dalam setiap urusannya.
Project “Woman of the Sea: Boats Sharing and Mangrove Planting” berjalan dengan
lancar dan super seru. Semua ini tidak lepas dari kontribusi semua pihak yang
terlibat. Dari mulai kegiatan bagi-bagi kapal, penanaman mangrove, panen hasil
kebun KPPP, quiz sampai games. Bisa
bertemu, sharing dan ngobrol banyak dengan berbagai pihak dan orang-orang baru yang
aku temui di Pulau ini. Semoga project ini bisa memberikan manfaat berkelanjutan
untuk Pulau Pari.
Last
but not least, bisa menikmati keindahan setiap sudut pulau ini jadi hal yang
sangat aku syukuri. Airnya begitu jernih, ombaknya begitu tenang, matahari
terbenamnya super cantik! dannn kulinernya sangat lezat!!! Senang sekali bisa
berburu kuliner dan mencoba berbagai pilihan menu yang dimasak langsung oleh
warga setempat. I’ll share tentang wisata dan kulinernya in the next artikel
yaa.
Bagaimana pendapat kalian tentang permasalahan yang terjadi di Pulau Pari? Let me know di kolom komentar bawah yaa!
Please
keep the place clean when you visit :)
Cheers,
Ineu
Melia